Dispersip Sosialisasikan Transformasi Perpustakaan Desa Berbasis Inklusi Sosial

EXPOSEINDONESIA.COM, Probolinggo – Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispersip) Kabupaten Probolinggo memberikan sosialisasi transformasi perpustakaan desa berbasis inklusi sosial di 20 desa di Kabupaten Probolinggo.
Kegiatan ini dilakukan dalam rangka meningkatkan peran perpustakaan sebagai pusat belajar dan berkegiatan masyarakat berbasis teknologi informasi dan komunikasi demi meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan mendorong peningkatan Indeks Desa Mandiri (IDM).
Ke-20 desa tersebut diantaranya Desa Andungbiru Kecamatan Tiris, Desa Bermi dan Desa Guyangan Kecamatan Krucil, Desa Tambak Ukir Kecamatan Pakuniran, Desa Asembagus Kecamatan Kraksaan, Desa Gili Ketapang Kecamatan Sumberasih, Desa Negororejo Kecamatan Lumbang, Desa Wonokerso Kecamatan Sumber serta Desa Ngepung, Desa Sapikerep, Desa Pakel, Desa Kedasih, Desa Sariwani, Desa Ngadisari, Desa Ngadirejo, Desa Ngadas, Desa Jetak, Desa Wonotoro, Desa Wonokerto dan Desa Sukapura Kecamatan Sukapura.

Dalam setiap desa, sosialisasi transformasi perpustakaan desa berbasis inklusi sosial ini diikuti oleh beberapa perwakilan dari unsur BPD, LKD, guru/tenaga kependidikan, Tim Penggeral PKK dan Karang Taruna.
Kepala Dispersip Kabupaten Probolinggo Abdul Halim melalui Kepala Bidang Perpustakaan Suryana Nuring Perbawani mengatakan kegiatan ini dilakukan untuk melaksanakan program pembudayaan gemar membaca tingkat Kabupaten Probolinggo.

“Sosialisasi transformasi perpustakaan desa berbasis inklusi sosial ini merupakan langkah awal sebelum dibentuknya Perpustakaan Desa (Perpusdes) untuk memberikan pemahaman bahwa perpustakaan itu tidak hanya untuk meminjam buku saja tetapi juga sarana informasi melalui jaringan internet,” katanya.

Menurut Nuring, perpustakaan bisa menjadi pusat semua kegiatan masyarakat mulai dari tempat diskusi hingga rekresasi masyarakat. Oleh karena menjadi tempat rekreasi, perpustakaan disarankan juga dilengkapi dengan kantin.

“Ini merupakan pendekatan yang diberikan kepada masyarakat agar terbiasa datang ke perpustakaan. Sebab perpustakaan merupakan media untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat umum,” jelasnya.

Setelah sosialisasi jelas Nuring, nantinya akan diberikan pelatihan kepada para calon pengelola perpustakaan desa terkait dengan pelatihan menyusun program sesuai potensi yang ada di desanya.
“Fokus program yang bisa disusun adalah untuk meningkatkan pola pikir dan pengetahuan masyarakat. Sehingga nantinya bisa dipilih program apa yang bisa dilakukan berdasarkan potensi yang dimiliki desanya,” terangnya.
Lebih lanjut Nuring menerangkan transformasi perpustakaan desa berbasis inklusi sosial ini bertujuan untuk meningkatkan minat baca masyarakat dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

“Antusias masing-masing desa tergantung dari kepala desa dan pelopor yang ada di desa. Melalui keberadaan perpustakaan desa banyak yang bisa dieksplor dalam rangka meningkatkan literasi masyarakat. Dengan kata lain, semua potensi yang ada di desa bisa dijual dengan adanya perpustakaan,” tegasnya.
Dengan adanya perpustakaan desa ini Nuring mengharapkan mampu meningkatkan minat baca masyarakat dan menambah literasi masyarakat. Serta memudahkan masyarakat menyelesaikan permasalahan hidupnya agar bisa lebih baik.

“Selain itu bisa menambah wawasan masyarakat. Namun yang tidak kalah pentingnya bisa memanfaatkan keberadaan perpustakaan desa untuk meningkatkan perekonomian di desanya melalui teknologi digital,” pungkasnya. (Yuli)

Print Friendly, PDF & Email
www.domainesia.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *