Wisata  

Makam Kudo Kardono Panglima Perang Majapahit

EXPOSEINDONESIA.COM, Surabaya – Berbicara tentang cagar budaya, terutama di Surabaya sangatlah mengasyikan. Mulai jaman Kolonial Belanda hingga peradaban Majapahit pun juga ada. Cagar Budaya di Kota Surabaya yang terus dipertahankan keasliannya, salah satunya adalah Makam Yudo Kardono. Makam yang berada di Jalan Cempaka nomer 25 ini lebih sering disebut dengan nama Eyang Kudo Kardono.

Bangunan cagar budaya ini telah resmi dibangun Pemerintah Kota Surabaya dengan SK Walikota Nomor : 188.45/412/436.1.2/2014 pada tanggal 19 September 2014 Pemerintah Kota Surabaya.

Eyang Kudo Kardono adalah panglima perang Majapahit pada masa pemerintahan Raja Jayanegara atau Kalagemet dalam menghadapi pemberontakan Ra Kuti. Dialah yang menumpas pemberontak Ra Kuti pada saat itu.

Keberhasilannya dalam menumpas pemberontak, Kudo Kardono akhirnya dianugerahi tanah perdikan di Sungai Asin yang saat ini menjadi daerah Kaliasin dan mengembangkan kawasan yang saat ini terkenal sebagai Tegalsari.

Sejarah nama Eyang Kudo
Menurut Mbah Pon, selaku juru kunci disana, Eyang Kudo mempunyai nama asli Yudo Kardono yang berarti Yudo adalah peperangan sedangkan Kudo adalah kuda sembrani putih yang sering ia gunakan.

Nama belakang Kardono diambil dari kata Kar yang berarti peta atau sebagai pengaman daerah. Pengunjung yang datang biasa melihat-lihat area makam atau ingin belajar sejarah. Karena di dalam area makam eyang Kudo juga terdapat silsilah dari beberapa raja dan keturunannya.

Area makam ini juga memiliki beberapa objek di dalamnya. Saat memasuki pintu utama terdapat Joglo sebagai tempat peristirahat pengunjung dari luar kota Surabaya.

Selain itu terdapat pesarean Eyang Kudo Kardono yang ditempatkan pada satu rumah tertentu serta berisikan benda-benda peninggalan jaman Majapahit (Trowulan) seperti tombak dan keris serta arca.

Area ruang pemakaman terdapat dua makam yang merupakan pengikut setia Eyang Kudo Kardono. Makam keluarga Eyang Kudo dalam ruangan tersendiri terdapat makam Eyang Kudo Kardono beserta istri dan ketiga anaknya, anak pertama perempuan serta anak kedua dan ketiga laki-laki.

Sementara di setiap jendela terpajang gambar tokoh pewayangan, seperti Bima Sena, Semar, Bagong, Sencaki, dan Antasena.

Terdapat pula Sanggar Trimurti yang berisi tiga arca untuk ibadah umat Hindu dan Sanggar Pamujan yang berisi empat arca untuk ibadah penganut aliran Kepercayaan. Tidak jauh dari sanggar juga terdapat Musholla Ujung Galuh sumbangan dari Kodim 0832 Brawijaya yang turut mendukung pesarean ini. Sehingga pengunjung yang ingin ibadah 5 waktu disana juga bisa.

Tidak jauh dari area tersebut terdapat makam Eyang Wahju yang merupakan ayah dari Yudo Kardono. Pesarean Eyang Wahju, terpisah di sebelah barat Pesarean Eyang Yudo Kardono dengan pintu masuk dari timur. Terus masuk ke dalam halaman belakang terdapat bangunan Lingga Yoni dan ornamen candi.

Tahun 1950 – 1960 pesarean ini dipugar oleh Mayjen Soedjono Hoemardani, Asisten pribadi Soeharto. Dikarenakan presiden Soeharto dan Ibu Tien pada masa itu sering berkunjung ke tempat ini. Dalam pemugaran ini nisan yang semula batu di ubah menjadi berlapis marmer.

Print Friendly, PDF & Email
www.domainesia.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *