Proyek Pelabuhan Senilai Rp. 6,3 M Ambruk, Ketum Larm-GAK Angkat Bicara

EXPOSEINDONESIA.COM, Bombana – Belum diresmikan, Proyek pengerjaan pelabuhan peti kemas di Desa Mattirowalie, Kecamatan Poleang, Kabupaten Bombana, ambruk.

Proyek pembangunan pelabuhan peti kemas itu menghabiskan anggaran negara sekitar Rp. 6,3 miliar dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) RI.

Puing reruntuhan pelabuhan yang ambruk tersebut lenyap tenggelam ke dasar laut dan hanya menyisahkan, patahan tiang pelabuhan yang berdiri di dua titik berukuran kurang lebih 9×3 meter. diatas permukaan laut, dengan kondisi penuh retakan.

Menanggapi ambruknya pelabuhan peti kemas di Bombana, Ketua Umum Lembaga Advokasi Rakyat Merdeka Gerakan Anti Korupsi Baihaki Akbar, S.E, S.H menyayangkan robohnya bangunan jembatan pelabuhan yang akan dijadikan pelabuhan peti kemas tersebut. “Kontraktor yang ditunjuk oleh Pemerintah daerah Bombana harusnya bisa lebih profesional,” katanya. Minggu (31/05/2020).

Lebih lanjut, Baihaki menduga konstruksi bangunan pelabuhan itu dikerjakan asal – asalan dan tidak sesuai bestek proyek tersebut. Sehingga menyebabkan bangunan pelabuhan yang menggunakan Anggaran Negara itu ambruk dan tenggelam ke dasar laut.

Baihaki, meminta kepada Pimpinan KPK untuk segera memanggil dan memeriksa kontraktor dan dinas terkait. Ia juga meminta kontaktor proyek itu untuk bertanggung jawab sesuai peraturan yang berlaku.

Sekjen Lembaga Advokasi Rakyat Merdeka Gerakan Anti Korupsi M Taufik MD, S.I.Kom, S.H, M.H menambahkan, ambruknya pelabuhan tersebut masih merupakan bagian dari Nawacita Presiden Joko Widodo yaitu Tol Laut. Akibat ambruknya pelabuhan tersebut bakal sangat merugikan masyarakat Bombana, karena jika itu dikerjakan dengan baik dan dapat dimanfaatkan maka dapat dipastikan roda perputaran ekonomi di Bombana dapat semakin membaik.

“Kasus ini harus mendapatkan atensi dari dari pihak berwenang, jika dibiarkan begitu saja yang rugi adalah rakyat, sebab pembangunan pelabuhan peti kemas yang menelan biaya sekitar Rp. 6,3 miliar tersebut menggunakan uang rakyat,” ungkapnya.

“Biarpun langit runtuh kebenaran dan keadilan harus tetap di tegakkan,” tutupnya.

Print Friendly, PDF & Email
www.domainesia.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *