Topeng Banjet Kesenian Budaya Yang Masih di Cintai

Ket : Teritorial Bobodoran Topeng Banjet.

EXPOSEINDONESIA.COM, Karawang – Topeng Banjet salah satu pagelaran kesenian budaya Karawang, yang masih di cintai hingga semua kalangan, anak – anak, dewasa maupun orang tua. Topeng Banjet sudah ada sejak kira-kira pada tahun 1900 lalu mengalami perkembangan di tahun 1996.


Akan tetapi pada masa itu namanya masih “topeng” saja. Lama kelamaan kesenian ini menambahkan nama pimpinannya atau ronggengnya yang terkenal, sebagai nama tambahan untuk mempopulerkan sanggar mereka, info budaya, Senin (13/06/22).


Sama halnya dengan kesenian lain, kesenian tersebut merupakan kesenian yang terus diturunkan dari generasi ke generasi dan akan mengalami pergantian nama sesuai siapa pemiliknya, contohnya: Topeng Banjet Asmun diturunkan ke anaknya Pendul, maka akan berganti nama menjadi Topeng Banjet Pendul, dan begitu seterusnya.


Untuk kata “Banjet” sendiri menurut tokoh-tokoh penggelut seni ini ialah karena di daerah-daerah tersebut (Karawang) pada masa lalu banyak pengamen-pengamen atau kelompok topeng Jawa yang berkeliling. Maka dari itu para tokoh sepakat untuk menambahkan kata “Banjet” dengan alasan untuk membedakan ksenian Topeng Banjet dengan kesenian lainnya dan menambahkan ciri khas tersendiri.


Jadi, apakah Topeng Banjet itu masih eksis di era millennial ini? Seni pertunjukan yang serumpun dengan Ronggeng Betawi ini dapat dimasukkan juga ke dalam bentuk teater tradisional. Lebih khusus lagi, kesenian Topeng Banjet dapat didefinisikan sebagai seni pertunjukan rakyat yang diawali lawakan atau pelawak (bodor) dengan Topeng Banjet kemudian diteruskan dengan pertunjukan seni drama tradisional.


Penyebaran kesenian Topeng Banjet sampai ke daerah Subang, Purwakarta, dan daerah Priangan. Di tempat-tempat tersebut, Topeng Banjet menyesuaikan dengan selera masyarakat terutama dalam gaya dan bahasanya yang merupakan tanda kekhususan (khas) bagi kesenian tersebut.

Sebagaimana Topeng Banjet Karawang, Ronggengnya bergaya Ronggeng Karawang, bernyanyi kawih Sunda dan keseluruhan lelakon memakai Bahasa Sunda. (UMAREXS)


Reporter : Kumarudin

Print Friendly, PDF & Email
www.domainesia.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *