Festival Ketupat yang Digelar Warga Dusun Ngasbuntung Berlangsung Meriah

EXPOSEINDONESIA.COM, Tulungagung – Salah satu tradisi masyarakat Jawa usai perayaan lebaran adalah kupatan. Kupatan diambil dari kata ketupat. Dusun Ngasbuntung Desa Banjarsari Kecamatan ngantru, kabupaten Tulungagung,menggelar Festival Ketupat. Selasa (16/04/2024).

Jika biasanya tradisi kupatan diisi dengan berbagi ketupat dan sayur ke tetangga, kali ini warga Ngasbuntung desa Banjarsari menggelar festival ketupat dengan cara membawa ketupat ke lapangan atau jalan desa dan makan bersama. Menariknya, ketupat yang dibawa warga panjangnya hingga 200 meter.

Awalnya, ketupat yang dikumpulkan dibentuk menjadi sajian dipersiapkan dipingir jalan desa dengan hiburan elekton plus baru ketupat dibagikan di depan masing-masing warga lengkap dengan lauknya.Sebelum acara dimulai, warga pun berdoa bersama dipimpin ustadz kamim Tohari.

Warga pun dengan sukarela membawa lauk dan ketupat dari rumah masing-masing dan dinikmati bersama di lapangan atau jalan desa usai halal bihalal. Dari anak-anak sampai orang tua tampak tumplek blek d lapangan desa mengelilingi ketupat yang dinikmati bersama kegiatan halal bihalal kupatan juga dihadiri Kapolsek bersama Babinsa, babinkamtibmas kecamatan Ngantru.

Sambutan Muhammad Kholil kades desa Banjarsari mengajak masyarakat untuk saling menghormati dan menghargai sesama dan menjalin tali silaturahmi antar warga. “Menjaga kerukunan khususnya warga dusun ngasbuntung desa Banjarsari,” tuturnya.

Salah satu warga, bapak Suprapto RT O1/RW 08 dusun ngasbuntung mengatakan dirinya senang dengan adanya kegiatan seperti ini. Selain bisa halal bihalal, sekaligus bisa makan bersama dengan warga lain. “Yang pasti kegiatan seperti ini bisa menguatkan silaturahmi antar masyarakat sekaligus berbagi makanan,” tuturnya kepada Expose Indonesia. Selasa (16/4/2024).

Sementara penggiat kegiatan festival ketupat, menambahkan salah satu rangkaian dari perayaan Idul Fitri adalah menggelar acara kupatan sebagai penutup lebaran ketupat sangat erat kaitannya dengan salah satu Walisongo yakni sunan Kalijaga.masyarakat jawa mempercayai sunan Kalijaga yang perkenalkan ketupat, tradisi ini kemudian dijadikan sarana untuk mengenalkan ajaran Islam mengenai cara bersyukur kepada Allah SWT, bersedekah,dan bersilaturahmi dihari raya.

“Acara kupatan seperti ini merupakan kearifan lokal yang harus terus dijaga, Meski setiap tahun diadakan digelar festival kupatan, berharap acara ini bentuk dari gotong royong dan keberagaman, menjalin kerjasama dan kerukunan terus berkelanjutan suatu bentuk tradisi perlu kita pertahankan,” pungkasnya.

Sementara salah satu warga Shiher Cahyono anggota BPD mengaku biasanya tradisi kupatan memang sering dilakukan masyarakat, namun dengan cara mengantar kupat dan sayur ke tetangga. Kali ini warga membawa lauk dan ketupatnya d lapangan desa dan dimakan bersama. Sambil menikmati hiburan elekton plus.
“Malah enak dibuat seperti ini, karena setelah halal bihalal langsung bisa makan bersama,” ujar dia.

Ketua panitia Farid merangkap jabatan RW 08 dusun ngasbuntung Berharap kerukunan antar Warga bisa tetap terjalin. Warga pun dengan Sukarela membawa ketupat miliknya dan lauknya juga, untuk dimakan bersama.
Saya berharap ini jadi ajang Silaturahmi Sekaligus bisa menjaga Kerukunan warga

“Sekilas pantun, mangan Kupat nganggo santen menawi lepat, nyuwun Pangapunten,” pungkasnya. (Fuad)

Print Friendly, PDF & Email
www.domainesia.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *